Isu-isu global seringkali menciptakan gelombang diskusi dan aksi di tengah masyarakat.<br /><br />Salah satu isu yang tengah menjadi sorotan tajam adalah boikot terhadap produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel.<br /><br />Dalam konteks ini, Unilever, sebuah perusahaan multinasional yang telah menjadi bagian integral dari perekonomian Indonesia, menjadi fokus perhatian.<br /><br />Sejarah panjang Unilever di Indonesia dimulai pada tahun 1933 ketika perusahaan ini didirikan di Angke, Jakarta, dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V.<br /><br />Sabun mandi Lux, produk pertama yang diluncurkan oleh Unilever, menjadi ikonik di Indonesia dan membentuk citra melalui bintang iklan terkenal seperti Tamara Bleszynski.<br /><br />Pada 22 Juli 1980, perusahaan ini mengubah namanya menjadi PT Unilever Indonesia Tbk, menandai kehadiran mereka sebagai entitas hukum di Indonesia.<br /><br />Dua tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1982, Unilever Indonesia mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode UNVR, yang masih digunakan hingga saat ini.<br /><br />Namun, dalam beberapa waktu terakhir, Unilever Indonesia terlibat dalam sorotan terkait isu boikot produk pro-Israel.<br /><br />Sebagai tanggapan, Shinta W Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), memberikan klarifikasi yang perlu mendapat perhatian serius.<br /><br />Shinta menegaskan bahwa Unilever Indonesia bukan hanya sebuah perusahaan multinasional asing yang beroperasi di Indonesia.<br /><br />Akan tetapi juga merupakan pemain utama dalam menyerap tenaga kerja lokal dan melibatkan banyak pelaku usaha lokal dalam rantai pasok produksi mereka.