WAKATOBI, KOMPAS.TV - Masjid Keraton Liya yang terletak di Kabupaten Wakatobi merupakan masjid tertua kedua setelah Masjid Keraton Kesultanan Buton. <br /> <br />Masjid Mubaroq ini didirikan pada tahun 1546, pada masa ketika wilayah tersebut masih menjadi bagian dari Kesultanan Buton. Masjid ini menjadi yang tertua kedua setelah Masjid Keraton Buton. <br /> <br />Masjid ini didirikan oleh seorang ulama bernama La Djilabu, yang merupakan utusan dari Kesultanan Buton untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Wangi-Wangi serta pulau-pulau lainnya. <br /> <br />Masjid Mubaroq dibangun delapan tahun setelah Raja Buton memeluk Islam dan mengubah sistem pemerintahannya menjadi Kesultanan Buton. <br /> <br />Masjid ini berdiri di sebelah timur Pulau Wangi-Wangi, di atas lahan seluas 52,9 hektare. Letaknya berada di dalam tiga lapis benteng pertahanan yang terbentang di tengah-tengah permukiman masyarakat Desa Liya Togo, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi. <br /> <br />Keunikan masjid ini terletak pada lokasinya yang berada di dalam benteng serta material pembangunannya. <br /> <br />Masjid ini dibangun menggunakan batu karang yang direkatkan dengan campuran kapur dan putih telur. <br /> <br />Di dalam masjid terdapat empat tiang utama yang melambangkan empat sahabat Nabi Muhammad. <br /> <br />Selain itu, masih terdapat sebuah beduk tua yang kini telah dimakan usia sehingga hanya dijadikan pajangan. <br /> <br />Meskipun telah berusia sekitar 5 abad, Masjid Keraton Liya masih digunakan oleh masyarakat setempat untuk beribadah hingga saat ini. <br /> <br />Masjid ini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya berdasarkan Keputusan Bupati Wakatobi Nomor 11 Tahun 2022 tentang Penetapan Benteng Liya sebagai Situs Cagar Budaya Kabupaten Wakatobi. <br /> <br />Masjid Keraton Liya telah mengalami beberapa kali pemugaran, tetapi struktur bangunannya tetap terjaga keasliannya. <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/582063/masjid-keraton-liya-warisan-sejarah-islam-di-wakatobi-yang-berusia-hampir-5-abad