JAKARTA, KOMPAS.TV Proses pergantian takhta Keraton Kasunanan Surakarta diwarnai ketegangan. Peristiwa ini terjadi setelah raja sebelumnya, Pakubuwono XIII, meninggal dunia pada 2 November 2025. <br /> <br />Pada 5 November 2025, Kanjeng Gusti Adipati Anom Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, atau Gusti Purbaya, mengucapkan ikrar saat melepas jenazah Pakubuwono XIII menuju tempat peristirahatan terakhir. <br /> <br />Ikrar dari Gusti Purbaya ditentang oleh pamannya, Mahamenteri Keraton Surakarta Kanjeng Gusti Panembahan Agung Tedjowulan, yang merupakan adik dari Pakubuwono XIII. <br /> <br />Tak lama kemudian, beredar informasi mengenai rencana pengukuhan Gusti Purbaya sebagai Pakubuwono XIV pada 15 November 2025. Dua hari sebelum penobatan tersebut, keluarga besar Keraton Surakarta menggelar pertemuan internal dan menobatkan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi sebagai penerus takhta. <br /> <br />Sebagai informasi, KGPH Hangabehi atau Mangkubumi merupakan anak laki-laki tertua dari istri kedua Pakubuwono XIII. Sementara KGPH Purbaya merupakan putra dari istri ketiga Pakubuwono XIII. <br /> <br />Pasca penobatan penerus takhta ke KGPH Mangkubumi, Gusti Kanjeng Ratu Timoer menyampaikan kekecewaannya dan menyebut Mangkubumi telah berkhianat karena melanggar kesepakatan yang juga disampaikan di depan Wakil Presiden Gibran Rakabuming. <br /> <br />Namun hal ini juga dibantah oleh Mangkubumi bahwa ada kesepakatan saat bertemu dengan pejabat Pemerintah. <br /> <br />Pada 15 November 2025, Gusti Purbaya mengucapkan sabda dan janji secara sakral di atas Watu Gilang, dan resmi menyatakan diri sebagai Pakubuwono XIV. Usai prosesi raja, raja baru tersebut kemudian dikirab berkeliling Kota Solo. <br /> <br />Video Editor: Lintang Amiluhur <br />Voice Over: Tesalonika <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/631124/kronologi-drama-takhta-raja-keraton-surakarta-nama-gibran-terseret-gusti-purbaya-ucap-sumpah-raja
