SIDOARJO, KOMPAS.TV - Rudy Dwi Winarko, warga desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan cacing sebagai sandaran hidup bagi keluarganya. <br /> <br />Sejak tahun 2013, dirinya memutuskan untuk keluar dari rutinitas sebagai buruh pabrik dan menekuni budidaya cacing di rumahnya. <br /> <br />Belajar dari seorang teman di Malang, Rudy lantas memberanikan untuk membuka sendiri budidaya cacing di halaman belakang rumahnya. <br /> <br />Tidak sulit baginya dalam merawat cacing. Cacing cukup ditempatkan di rak bersusun dan di beri media bekas tanaman jamur. <br /> <br />Cacing diberikan pakan 2 hari sekali. Pakannya pun terbilang mudah dan murah, yaitu berupa sisa sayuran ataupun buah. <br /> <br />Saat ini Rudy membudidayakan 3 jenis cacing, yakni lumbricus rubellus, lumbrecus foetida, dan lumbricus pheretima. <br /> <br />Lumbrecus rubelus dijual dengan harga Rp 90.000,- per kilogram. Lumbricus foetida dijual dengan harga Rp 80.000,- per kilogram. Lumbricus peretima dijual dengan harga Rp 60.000,- per kilogram. <br /> <br />Cacing digunakan sebagai pakan ikan dan burung. Selain itu, cacing juga digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik dan obat penyembuh luka karena mengandung protein yang tinggi. <br /> <br />Sebelum adanya pandemi Covid-19, Rudy mampu menjual 700 kilogram cacing per bulan. Kini, ia hanya bisa menjual 400-450 kilogram cacing per bulan. <br /> <br />Rudy juga menjual pupuk kascin, yaitu pupuk berbahan cacing yang telah dikeringkan. Rudy mampu meraup 5-6 juta per bulan dari hasil berjualan cacing. <br /> <br />